Ini kisah sudah berputar-putar di dunia maya dari tahun 90-an... tapi rasanya memang masih relevan ya dengan keadaan sekarang.... ini loh ceritanya:
Alkisah, ada keluarga yang hidup dalam keterbatasan dan kemiskinan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan taraf hidupnya, tetapi selalu menemui kegagalan. Dalam suasana keputus-asaan, sang Bapak sebagai kepala keluarga secara khusuk berdo’a kepada tuhan. “Yaa...Tuhan berikanlah hambamu ini rezeki sehingga kami dapat memberi nafkah kepada anak istriku”. Do’a terus dipanjatkan setiap malam, tetapi rezeki belum juga datang dan hidupnya tetap dalam kemiskinan.
Pada tengah malam, ketika selesai berdo’a sang Bapak merenung dalam hati, kenapa Tuhan belum juga memberi rezeki, apakah Tuhan sudah tidak mau lagi mendengarkan do’aku ? jika demikian, apa salah dan dosa yang telah aku perbuat ? Masih dalam keputusasaan, akhirnya muncul dalam pikirannya : Jika Tuhan sudah tidak mau mendengarkan do’aku, maka sebaiknya aku akan menulis surat kepadaNya.
Lalu ditulislah surat kepada Tuhan yang isinya permohonan agar dirinya diberi rezeki berupa uang sebesar Rp 200.000,- sebagian untuk membayar SPP anaknya dan sisanya akan dibelikan beras untuk keluarganya. Surat selesai dibuat, lalu dimasukkan amplop dan ditulis: Kepada Tuhan di Surga.
Setelah ditempeli perangko seadanya lalu dimasukkan dalam kotak surat (bus surat). Petugas pos pun bingung ketika melihat surat dengan tujuan yang aneh, dan dalam kebingunang itu bertemulah petugas pos tersebut dengan Polisi. Terjadilah sebuah dialog antara petugas Pos dan Pak Polisi,”Pak polisi, saya bingung mengantarkan surat ini, dapatkah Bapak membantu saya?”
Alamat tujuan dan pengirim surat dibaca Polisi, karena curiga maka dibukalah surat tersebut. Setelah dibaca isi surat, Polisi yang baik hati terketuk hatinya, maka berkatalah dia kepada Petugas Pos : ”Surat ini saya bawa nanti akan saya urus dan sampaikan kepada pengirimnya”.
Ketika polisi sudah selesai bertugas, dia lihat di dompetnya hanya ada uang Rp150.000,-. Namun karena polisi itu memang orang yang baik, maka dia pun berniat memberikannya kepada pengirim surat itu. Dia memasukkan seluruh uangnya sebanyak Rp 150.000,- kedalam amplop balasan surat itu, lalu dicarilah alamat Bapak si pengirim surat tersebut. Ketika sudah ditemukan rumah si pengirim surat, diketuklah pintu beberapa kali.
Pintu dibuka oleh seorang anak dan terjadilah dialog : “Bapak ada?” Anak tersebut menjawab: “Bapak sedang sholat dan biasanya dilanjutkan dengan berdoa yang cukup lama Pak!”.
“Baik, kalau begitu karena saya masih ada urusan lagi, tolong berikan surat ini kepada Bapakmu” Pak Polisi seraya bergegas pergi. Ketika Bapaknya selesai berdoa, sang anak memberikan surat tadi kepada Bapaknya. Lalu dibuka, dan terkejut ketika melihat didalamnya ada uang sebanyak Rp 150.000,-.
“Parto...!” Sang Bapak memanggil anaknya, “Siapa yang mengantarkan surat ini tadi?” tanya Sang Bapak kepada anaknya, lalu dijawab: “Tidak tau pak namanya, tetapi dia tadi kesini masih berseragam Polisi”. “Aaahhh...dasar Polisi” Bapaknya menggerutu, “permohonan saya kepada Tuhan kan Rp 200.000,-. Kok tinggal Rp.150.000,-? “Dasar Polisi....dasar Polisi !!!” Masih suka melakukan Pungli kepada orang yang jelas-jelas susah seperti saya”....
Hikmah dari cerita ini: Kadang orang yang berbuat baik, belum tentu dianggap baik oleh yang tidak mengetahuinya. Di Indonesia saya percaya polisi yang baik lebih banyak daripada yang tidak baik, namun kadang citra negatif polisi yang terlanjur melekat dari jaman dulu seakan menjadi tembok tebal yang menghalangi pandangan orang-orang awam. Tapi saya percaya, ke depan POLRI harus bisa menunjukkan profesionalitasnya dalam menegakkan hukum, kebenaran, dan keadilan.... ingat, 2010 katanya sudah diberikan remunerasi loh.....pertanggungjawabkan dengan kinerja yang baik ya bapak dan ibu Polisi...... " by : RZ "